Assalamu’alaikum
ya akhi ya ukhti ^_^ ...
Salam Ukhuwah Islamiyah !!
Perkenalkan nama saya Riski Kristiana, saya ingin sedikit berbagi pengalaman nih dengan kawan-kawan semua tentang “Sosialisasi Standar Kompetensi Kerja Negara Indonesia” yang saya ikuti pada hari Selasa tanggal 13 November 2012 di Gedung Dinas Komunikasi dan Informasi Provinsi Jawa Barat di Jl. Tamansari no. 55 Bandung. Alhamdulillah saya diberikan kepercayaan langsung oleh pembina GMP yakni Bapak Rolly Maulana Awangga untuk menghadiri acara tersebut dengan alibi menjadi jurnalis online J
Acara tersebut
bersifat “free” a.k.a tanpa pungutan sedikitpun, acara tersebut dihadiri oleh
Bapak Johny Dharma yang merupakan Kabid Penempatan Tenaga Kerja Kanwil Dinas
Tenaga Kerja & Transmigrasi Jawa Barat, Bapak Edi Suryadi Kabid badan
Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Dinas Komunikasi dan Informasi
Jawa Barat. Acara ini dipandu oleh Bapak Muhammad Sufyan, beliau adalah salah
satu pengajar di Telkom, dan jurnalis Koran Pikiran Rakyat.
Next ah,
langsung ke materi pokoknya yang dibahas disana. Apa sih SKKNI itu ?? SKKNI
adalah rumusan kemampuan kerja yang
mencakup aspek pengetahuan, keterampilan dan/atau keahlian serta sikap kerja
yang relevan dengan pelaksanaan tugas dan syarat jabatan yang ditetapkan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dengan dikuasainya standar kompetensi tersebut oleh
seseorang, maka yang bersangkutan akan mampu:
- bagaimana mengerjakan suatu tugas atau
pekerjaan
- bagaimana mengorganisasikannya agar
pekerjaan tersebut dapat dilaksanakan apa yang harus dilakukan bilamana terjadi sesuatu yang berbeda
dengan rencana semula
- bagaimana menggunakan kemampuan yang
dimilikinya untuk memecahkan masalah atau melaksanakan tugas dengan kondisi
yang berbeda.
- bagaimana menyesuaikan kemampuan yang
dimiliki bila bekerja pada kondisi dan lingkungan yang berbeda.
Kenapa standar
kompetensi kerja diperlukan ? Sedikit flash back, semenjak perang dingin antara
Amerika Serikat dan Rusia berakhir, perkembangan perekonomian dunia semakin
pesat. Perkembangan perekonomian ini dilihat oleh Amerika Serikat yang ingin
meningkatkan kejayaannya di dunia, oleh sebab itu pemerintah AS mulai merancang
strategi-strategi politik ekonomi dengan membuat beberapa organisasi
perdagangan di dunia yang secara tidak langsung menguntungkan mereka dengan
kebijakan-kebijakannya atau dengan kata lain ini adalah sebuah spionase untuk
menguasai perekonomian global. Sebagai salah satu contohnya adalah APEC (Asia
Pacific Economic Coorporation), AFTA (Asean Free Trade Area), dll. Nah, oleh
sebab semakin marak dan mudahnya perdagangan global, maka persaingan industri
pun semakin ketat dan itu berimbas langsung kepada para pekerja industri maupun
para pencari pekerjaan, mereka harus memiliki kemampuan diatas rata-rata untuk
tetap bertahan ataupun mendapatkan pekerjaan yang mereka inginkan.
Ada sedikit berita miris nih kawan
tentang Negara kita tercinta Indonesia, menurut hasil survey Human Development
Index Indonesia menempati ranking ke 124 dari keseluruhan 178, bahkan kita
kalah oleh tetangga-tetangga kita seperti Singapura, Malaysia, Brunei, dan
Filipina. Sebagai contoh saja seorang tenaga IT professional di Indonesia kita
mendapat bayaran 4-5 juta per bulan, dan bila dibandingkan dengan Malaysia kita
hanya mendapat 1/7 dari yang mereka dapatkan, apalagi Australia Kita hanya 1/14
nya saja L. Astagfirullah
…
Persaingan kerja
yang semakin ketat dan keras inilah yang membuat sebagian besar orang-orang
Indonesia yang memiliki kemampuan biasa saja berguguran dari persaingan
pekerjaan dan akhirnya mereka menganggur. Bapak Johny Dharma mengungkapkan
bahwa sebenarnya masyarakat Indonesia tidak ada yang bodoh, namun yang ada
hanyalah rasa “malas” yang mungkin sudah mendarah daging dan turun temurun dari
zaman dulu hingga sekarang. Orang-orang Indonesia terlalu “idealis” dengan gelar
ataupun trade record pendidikan mereka yang tetrlalu dibesarkan, mereka memilih
dan hanya akan mengambil pekerjaan yang sesuai dengan keinginan mereka saja. Di
Jawa Barat saja jumlah pengangguran dalam jangkauan usia 15-20 tahun mencapai
3.000 orang, usia 20-29 tahun 7.000 orang dan usia 30-49 tahun ada sekitar
1.500 orang begitu menurutnya. L
Sekarang setelah
terjalin kesepakatan ekonomi antar negara-negara, bukan hanya barang-barang
saja yang dalam tanda kutip “di eksport-import” melainkan tenaga kerja kerja
juga bisa, dengan mudahnya mereka hilir mudik antar negara untuk bekerja. Contoh,
seseorang asal Australia yang dinegaranya memiliki standar gaji tingkat kedua
karena tingkat pendidikannya yang biasa, namun bila ia “bermigrasi” ke
Indonesia ia akan mendapatkan bayaran tingkat pertama dengan pendidikannya. Hal
ini dikarenakan mindset kita bahwa orang-orang asing itu lebih cerdas dan lebih
pantas digaji lebih tinggi dibandingkan dengan warga Negara Indonesia dengan
tingkat pendidikan yang sama, namun pada kenyataannya berbanding terbalik,
orang-orang asing hanya unggul dalam bidang etos kerja dan kedisiplinannya
saja, namun dari segi kecerdasan orang-orang Indonesia tidak kalah malah
terkadang lebih unggul dari mereka. Mental, semangat, dan pengetahuan serta
attitude lah yang harus lebih ditingkatkan lagi oleh orang-orang Indonesia untuk
lebih mengungguli warga asing. Selain itu, faktor keengganan perusahaan untuk
mendidik pegawainya lah yang membuat pencari kerja yang belum berpengalaman
sedikit sulit, perusahaan hanya ingin menerima calon pekerja yang sudah
berpengalaman dalam kata lain “siap pakai” jadi tidak sulit untuk beradaptasi
kembali.
Oleh karena
perkembangan ekonomi dunia itulah, maka semakin penting pula sertifikasi
profesi bagi para pencari kerja agar mereka lebih terlatih dan memiliki
standarisasi tersendiri .
Sekian laporannya untuk kali ini, mungkin dilain kesempatan saya akan share lagi dengan kawan-kawan semuaaaaa .
^_^
(Riski Kristiana)
Sekian laporannya untuk kali ini, mungkin dilain kesempatan saya akan share lagi dengan kawan-kawan semuaaaaa .
^_^
(Riski Kristiana)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar