Jumat, 16 November 2012

Laporan observasi seminar “Sosialisasi Standar Kompetensi Kerja Negara Indonesia”



Assalamu’alaikum ya akhi ya ukhti ^_^ ...
Salam Ukhuwah Islamiyah !!

          Perkenalkan nama saya Riski Kristiana, saya ingin sedikit berbagi pengalaman nih dengan kawan-kawan semua tentang “Sosialisasi Standar Kompetensi Kerja Negara Indonesia” yang saya ikuti pada hari Selasa tanggal 13 November 2012 di Gedung Dinas Komunikasi dan Informasi Provinsi Jawa Barat di Jl. Tamansari  no. 55 Bandung.  Alhamdulillah saya diberikan kepercayaan langsung oleh pembina GMP yakni Bapak Rolly Maulana Awangga untuk menghadiri acara tersebut dengan alibi menjadi jurnalis online
J
Acara tersebut bersifat “free” a.k.a tanpa pungutan sedikitpun, acara tersebut dihadiri oleh Bapak Johny Dharma yang merupakan Kabid Penempatan Tenaga Kerja Kanwil Dinas Tenaga Kerja & Transmigrasi Jawa Barat, Bapak Edi Suryadi Kabid badan Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Dinas Komunikasi dan Informasi Jawa Barat. Acara ini dipandu oleh Bapak Muhammad Sufyan, beliau adalah salah satu pengajar di Telkom, dan jurnalis Koran Pikiran Rakyat.


Next ah, langsung ke materi pokoknya yang dibahas disana. Apa sih SKKNI itu ?? SKKNI adalah rumusan kemampuan kerja yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan dan/atau keahlian serta sikap kerja yang relevan dengan pelaksanaan tugas dan syarat jabatan yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dengan dikuasainya standar kompetensi tersebut oleh seseorang, maka yang bersangkutan akan mampu:
-  bagaimana mengerjakan suatu tugas atau pekerjaan
-  bagaimana mengorganisasikannya agar pekerjaan tersebut dapat dilaksanakan apa yang harus dilakukan bilamana terjadi sesuatu yang berbeda dengan rencana semula
-  bagaimana menggunakan kemampuan yang dimilikinya untuk memecahkan masalah atau melaksanakan tugas dengan kondisi yang berbeda.
-  bagaimana menyesuaikan kemampuan yang dimiliki bila bekerja pada kondisi dan lingkungan yang berbeda.
          Kenapa standar kompetensi kerja diperlukan ? Sedikit flash back, semenjak perang dingin antara Amerika Serikat dan Rusia berakhir, perkembangan perekonomian dunia semakin pesat. Perkembangan perekonomian ini dilihat oleh Amerika Serikat yang ingin meningkatkan kejayaannya di dunia, oleh sebab itu pemerintah AS mulai merancang strategi-strategi politik ekonomi dengan membuat beberapa organisasi perdagangan di dunia yang secara tidak langsung menguntungkan mereka dengan kebijakan-kebijakannya atau dengan kata lain ini adalah sebuah spionase untuk menguasai perekonomian global. Sebagai salah satu contohnya adalah APEC (Asia Pacific Economic Coorporation), AFTA (Asean Free Trade Area), dll. Nah, oleh sebab semakin marak dan mudahnya perdagangan global, maka persaingan industri pun semakin ketat dan itu berimbas langsung kepada para pekerja industri maupun para pencari pekerjaan, mereka harus memiliki kemampuan diatas rata-rata untuk tetap bertahan ataupun mendapatkan pekerjaan yang mereka inginkan.
          Ada sedikit berita miris nih kawan tentang Negara kita tercinta Indonesia, menurut hasil survey Human Development Index Indonesia menempati ranking ke 124 dari keseluruhan 178, bahkan kita kalah oleh tetangga-tetangga kita seperti Singapura, Malaysia, Brunei, dan Filipina. Sebagai contoh saja seorang tenaga IT professional di Indonesia kita mendapat bayaran 4-5 juta per bulan, dan bila dibandingkan dengan Malaysia kita hanya mendapat 1/7 dari yang mereka dapatkan, apalagi Australia Kita hanya 1/14 nya saja L. Astagfirullah …
Persaingan kerja yang semakin ketat dan keras inilah yang membuat sebagian besar orang-orang Indonesia yang memiliki kemampuan biasa saja berguguran dari persaingan pekerjaan dan akhirnya mereka menganggur. Bapak Johny Dharma mengungkapkan bahwa sebenarnya masyarakat Indonesia tidak ada yang bodoh, namun yang ada hanyalah rasa “malas” yang mungkin sudah mendarah daging dan turun temurun dari zaman dulu hingga sekarang. Orang-orang Indonesia terlalu “idealis” dengan gelar ataupun trade record pendidikan mereka yang tetrlalu dibesarkan, mereka memilih dan hanya akan mengambil pekerjaan yang sesuai dengan keinginan mereka saja. Di Jawa Barat saja jumlah pengangguran dalam jangkauan usia 15-20 tahun mencapai 3.000 orang, usia 20-29 tahun 7.000 orang dan usia 30-49 tahun ada sekitar 1.500 orang begitu menurutnya. L
Sekarang setelah terjalin kesepakatan ekonomi antar negara-negara, bukan hanya barang-barang saja yang dalam tanda kutip “di eksport-import” melainkan tenaga kerja kerja juga bisa, dengan mudahnya mereka hilir mudik antar negara untuk bekerja. Contoh, seseorang asal Australia yang dinegaranya memiliki standar gaji tingkat kedua karena tingkat pendidikannya yang biasa, namun bila ia “bermigrasi” ke Indonesia ia akan mendapatkan bayaran tingkat pertama dengan pendidikannya. Hal ini dikarenakan mindset kita bahwa orang-orang asing itu lebih cerdas dan lebih pantas digaji lebih tinggi dibandingkan dengan warga Negara Indonesia dengan tingkat pendidikan yang sama, namun pada kenyataannya berbanding terbalik, orang-orang asing hanya unggul dalam bidang etos kerja dan kedisiplinannya saja, namun dari segi kecerdasan orang-orang Indonesia tidak kalah malah terkadang lebih unggul dari mereka. Mental, semangat, dan pengetahuan serta attitude lah yang harus lebih ditingkatkan lagi oleh orang-orang Indonesia untuk lebih mengungguli warga asing. Selain itu, faktor keengganan perusahaan untuk mendidik pegawainya lah yang membuat pencari kerja yang belum berpengalaman sedikit sulit, perusahaan hanya ingin menerima calon pekerja yang sudah berpengalaman dalam kata lain “siap pakai” jadi tidak sulit untuk beradaptasi kembali.
Oleh karena perkembangan ekonomi dunia itulah, maka semakin penting pula sertifikasi profesi bagi para pencari kerja agar mereka lebih terlatih dan memiliki standarisasi tersendiri .
Sekian laporannya untuk kali ini, mungkin dilain kesempatan saya akan share lagi dengan kawan-kawan semuaaaaa .
^_^
(Riski Kristiana)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar